engkau menangis sambil tersenyum di balik panggung itu sebuah panggung sandiwara; yang sedang memainkan peran manis dan sempurna luar biasa, menutupi segala rasa yang bergumul menyatu rona-rona kelam bergaris sendu melukis gurat-gurat wajah yang terus ditimpa rona mentari seperti rona merah dan jingga dan menyatu di dalam seluruh haru biru satu padu dalam sebuah khayal marah yang pasrah mencipta silau yang membutakan rasa; menatap api neraka jahat dengan rasa pilu yang mendentingkan nada dari sebuah harpa lama dan tua jemari lentikmu selalu bernyanyi dan menari lembut bersamanya suara gemuruh samudera yang kadang marah bersenandung kau bertanya dalam jiwa kering, tandus dan beku “apakah sebuah kemenangan besar harus membutuhkan pengorbanan besar di dalamnya?! layakkah engkau menatap dunia!! belajar merangkulnya dalam nyata; mengambil hikmah dalam sebuah kebersamaan; serta menjadikannya wacana cermin diri; tertuang dalam bejana kasih. “aduh.. tersadar engkau dalam sebuah simpul cinta yang dalam;
gk tau emang harus gimana saat kita kangen
BalasHapus